Bab 9
Etiket-etiket Islami
A.
Tata Krama Berpakaiana. Fungsi Pakaian Menurut Islam
Ada empat macam fungsi paka
ian, yakni
1. Sebagai penutup aurat
2. Untuk menjaga kesehatan
3. Untuk keindahan
4. Fungsi taqwa
5. Fungsi penunjuk identitas
Tuntunan
Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam
telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar sampai kedua
lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.
Mengenai bentuk atau model pakaian, Islam tidak
memberi batasan, karena hal ini berkaitan dengan budaya setempat. Oleh
karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun,
selama pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.
Pakaian
merupakan penutup tubuh untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila,
memberikan perlindungan dari sengatan matahari dan terpaan hujan,
sebagai identitas seseorang, sebagai harga diri seseorang, dan sebuah
kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang. Dahulu, pakaian yang
sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar sehingga tidak
memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama untuk
kaum wanita. Sekarang orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu
sudah dibilang kuno dan tidak mengikuti mode zaman sekarang atau tidak
modis. Timbul pakaian you can see atau sejenis tanktop, dll. Yang
uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian
tersebut maka semakin mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata
sedikit mengena, “Anak jaman sekarang bajunya kayak baju anak kecil,
pantesan saya nyari baju anak rada susah, berebut ama orang dewasa.”
Memang tidak salah dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang
kenyataan. Padahal jika kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan
kerepotan. Sangat tidak mungkin kita akan mengumbar aurat di depan umum,
jika hal tersebut dilakukan, maka kita bisa disebut gila. Mau tidak
Anda disebut gila?
Anehnya, sekarang banyak kaum wanita terutama
muslimah yang belomba-lomba untuk memakai pakaian yang katanya modis
tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para (maaf) PSK dan
WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu,
fungsi pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis,
sehingga semakin terpikat lawan jenis, semakin banyak pula kasus
tindakan asusila yang sering kita baca di media cetak, elektronik, atau
mungkin kita pernah melihat atau mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual
ada di mana-mana. Tidakkah para mukminin dan mukminat telah
diperintahkan oleh Allah di dalam kitab nan suci, al-Qur’an, surat
Al-A’raf ayat 26:
•
Artinya:
Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari
tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS Al
A’raf : 26)
Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59
•
Artinya: Hai para Nabi!
Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.” Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS
Al Ahzab : 29)
Tapi mengapa hanya kaum wanita saja yang dibahas? Ya,
karena wanita adalah manusia yang paling dijaga harga dirinya oleh
Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?
Coba pikirkan,
sangat sayangnya Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang
sampai-sampai membahas hal-hal sekecil itu. Maka dari itu marilah kita
menjaga harga diri wanita muslimah kita demi tercapainya masa depan yang
cerah.
b. Adab Berpakaian
Islam melarang umatnya berpakaian
terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk tubuhnya yang asli).
Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun
apabila pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu
dilarang oleh Islam. Demikian juga halnya pakaian yang terlalu tipis.
Pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan
pakaian yang terlalu tipis akan menampakkan warna kulit pemakainya.
Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik
perhatian dan menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda:
صِنْقَانِ مِنْ اَهْلِ النَّارِ لَمْ
اَرَهُمَا قَوْمٌ سِيَاطٌ كَا الاَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا
النَّاسَ . وَ نِسَاءٌ كَا سِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ رَؤَوْسَهُنَّ
كَأَشْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلاَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَ لاَ
يَخِذْ نَ رِيْحَهَا لَيُوْخَذُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذاً وَ كَذاً (رواه
مسلم)
Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah
saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum yang membawa cambuk seperti seekor
sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam, 2)
perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung
kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak
bisa masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu
dapat tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR Muslim)
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah
perempuan-perempuan yang suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam
bahasa jawa), dengan maksud agar rambutnya tampak banyak dan panjang
sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti
atau sebesar punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka menyanggul
rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai cemara dan menyanggul)
termasuk perkara yang tecela dalam Islam
2. Mereka dikatakan
berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada tubuhnya,
tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh
karena itu, mereka dikatakan telanjang. Pada zaman modern seperti
sekarang ini, amat banyak manusia (perempuan) mengenakan pakaian yang
amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara itu
banyak pula perempuan yang memakai pakaian relatif tebal, namun karena
sangat ketat sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kedua cara
berpakaian seperti itu (terlampau tipis dan ketat) termasuk perkara yang
dilarang dalam Islam.
Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:
• Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.
• Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
•
Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la
haruslah menutup bagian-bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu
laki-laki.
• Warna pakaian tersebut suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
• Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
•
Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai) dengan
pakaian laki-laki yaitu tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian
laki-laki.
• Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
• Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau berhias-hias.
Aurat
perempuan yang merdeka (demikian juga khunsa) dalam sholat adalah
seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan yang lahir dan batin
hingga pergelangan tangannya. Oleh karena itu jika nampak rambut yang
keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki ketika rukuk dan
sujud, maka batallah sholatnya.
Aurat perempuan merdeka di luar
sholat di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram, yaitu seluruh
badan. Artinya, termasuk muka, rambut, kedua telapak tangan (lahir dan
batin) dan kedua telapak kaki (lahir dan batin). Maka wajib ditutup atau
dilindungi seluruh badan dari pandangan laki-laki yang ajnabi untuk
mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab Syafii.
Di hadapan
perempuan yang kafir, auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu
seluruh badan kecuali kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai
kedua siku dan kedua telapak kakinya. Demikianlah juga aurat ketika di
hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau wataknya atau perempuan
yang rusak akhlaknya.
Ketika sendirian, sesama perempuan dan
laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya adalah di antara pusat dan
lutut. Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara dan
berlakunya hal yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu
agar tidak menggiurkan nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan
fitnah.
Salah satu permasalahan yang kerap kali dialami oleh
kebanyakan manusia dalam kesehariannya adalah melepas dan memakai
pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, atau yang selainnya.
Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian adalah
sebagai berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika
melepas maupun memakai pakaian. Imam An-Nawawy berkata : “Mengucapkan
bismillah adalah sangat dianjurkan dalam seluruh perbuatan”. Memulai
dengan yang sebelah kanan ketika akan memakai pakaian. Berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Apabila kalian memakai pakaian
maka mulailah dengan yang sebelah kanan”.
c. Kaum Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra
Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a pernah berkata:
نَهَاتِى رَسُوْلُ اللهِ ص م عَنِ التَّخَتُمِ بِالذَّهَبِ وَ عَنْ لِبَاسِ الْقَسِّى وَ عَنْ لِبَاسِ الْمُعَصْفَرِ (رواه الطبرانى)
Artinya:
“ Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian
sutra serta pakaian yang dicelup dengan ashfar.” (HR Thabrani)
Yang
dimaksud dengan ashfar ialah semacam wenter berwarna kuning yang
kebanyakan dipakai oleh wanita kafir pada zaman itu. Ibnu umar
meriwayatkan sebagai berikut:
رَأَى رَسُوْلُ اللهِ ص م عَلَيَّ ثَوْبَيْنِ مُعَصْفَرَيْنِ فَقَالَ : اِنَّ هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ فَلاَ تَلْبَسْهَا
Artinya:
“Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup
dengn ashfar maka sabda beliau: Ini adalah pakaian orang-orang kafir,
oleh karena itu janganlah engkau pakai.”
Larangan bagi laki-laki
memakai cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan moral
yang tinggi. Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri
berbeda dengan perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan
tubuh perempuan. Lelaki memiliki naluri untuk melindungi kaum perempuan
yang relatif lemah kondisi fisiknya. Oleh sebab itu, sangat tidak layak
kiranya apabila lelaki meniru tingkah laku perempuan yang suka berhias
dan berpakaian indah serta suka dimanja. Dari sisi lain, larangan ini
sekaligus sebagai upaya pencegahan terhadap sikap hidup
bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis
kemiskinan.
B. Tata Krama Berhias
Pada hakikatnya Islam
mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batasan
yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Selain itu,
berhias juga bagian dari naluri manusia sebagaimana firman Allah swt
••
Artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14)
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara lain sebagai berikut:
a. Laki-laki dilarang memakai cincin emas
Sebagaimana larangan yang ditujukan oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
b. Jangan bertato dan mengikir gigi
Pada
zaman jahiliyah banyak wanita Arab yang menato sebagian besar tubuhnya,
muka dan tangannya dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Pada zaman
sekarang ini (khususnya di lingkungan masyrakat kita) bertato banyak
dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka merasa mempunyai
kelebihan dari orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan mengikir gigi
ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir gigi banyak dilakukan
oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik.
Rasulullah SAW bersabda;
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص م اَلْوَاشِمَةَ وَ الْمُشْتَوْشِمَةَ وَ اْلوَاشِرَةَ وَ اْلمُشْتَوْشِرَةَ (رواه الطبرانى)
Artinya:
“Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato,
yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)
c. Jangan menyambung rambut
Selain hadits yang tersebut didepan (dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat sebagai berikut:
سَاَلَتْ
اِمْرَاَةَ النَّبِيَّ ص م فَقَالَتْ يَا رَسُوِلُ اللهِ اِنَّ ابْنَتِي
اَصَابَتْهَا الْحِصْيَةُ فَاَمْرَقَ شَعْرُهَا وَاِنِّي زَوَّجْتُهَا
اَفَأَصِلُ فِيْهِ؟ فَقَالَ : لَعَنَ اللهِ الْوَاصِلَةَ وَ
الْمُسْتَوْصِلَةَ (زواه البجارى)
Artinya: “Seorang perempuan bertanya
kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak saya tertimpa suatu
penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia.
Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah
melaknat perempuan yang melaknat perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR
Bukhari)
d. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Berlebih
lebihan ialah melewati batas yang wajar dalam menikmati yang halal.
Berhias secara berlebih-lebihan cenderung kepada sombong dan
bermegah-megahan yang sangat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan
muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan
kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang
lain. Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta
menggunakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki
secara mencolok termasuk berlebih-lebihan. Perbuatan yang demikian itu
tidak lain adalah bermaksud untuk menarik perhatian pihak lain, terutama
lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan adalah untuk menarik perhatian
suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan tetapi, apabila yang
dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu termasuk perbuatan
yang dilarang dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap sombong,
berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir dilarang
oleh Allah SWT.
“26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra : 26-27)
C. Tatakrama Bertamu dan Menerima Tamu
a. Tata Krama Bertamu
Bertamu
adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang
dianjurkan oleh Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam
bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu
itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan
bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaran.. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan
bertamu pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang
subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan
sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian
(yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)
Ketiga
waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu
biasanya digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan
pakaian yang sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari
auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan
meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang
lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak mustahil
justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena
terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
Cara Bertamu yang Baik (Adab Bertamu)
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
a. Berpakaian yang rapi dan sopan
Bertamu dengan memakai pakaian yang sopan berarti menghormati tuan
rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan sopan akan
lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri….” (QS Al Isra : 7)
b. Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur :
27)
Diriwayatkan bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى
النَّبِيِّ ص م وَ هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص
م لِجَادِمِهِ : اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ
لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ
فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ
دَخَلَ (رواه ابو داود)
Artinya: “Bahwasanya seorang laki-laki meminta
izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada di dalam rumah.
Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada pembantunya:
temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk”
lelaki itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata
“Assalamu’alaikum, bolehkah aku masuk?” Nabi SAW memberi izin kepadanya
maka masuklah ia.” (HR Abu Daud)
c. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah
SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang
lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada
waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW
bersabda: “Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu.
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
d. Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan.
e. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila
tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri
secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam
sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang
kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW
bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya,
saya…!” seakan-akan beliau marah” (HR Bukhari)
Kata “Saya” belum
memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama
dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima
kedatangannya
f. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam
hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak
memberi izin masuk tamunya. Mempersilakan tamu lelaki ke dalam rumah
sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi
dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.
g. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilakan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan
duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya
membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan
yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan
kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak
sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding
misalnya), lebih baik ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia
tertarik dan ingin memperhatikannya.
h. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila
tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut
dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan
itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya
berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau
minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilakan untuk
menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu
sampai berkali-kali tuan rumah mempersilakan dirinya.
i. Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang
diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut
nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu
waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)
j. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan
kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu
saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di
rumah orang lain
k. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis
digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa
padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan
yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang
terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan
tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak
perlu menyisakan makanan pada piring yang bekas dipakainya yang
terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.
l. Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai
permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang
permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya
dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih
membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang
waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan
rumah telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena
mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain.
Apabila tuan rumah menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu,
hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu
sungguh-sungguh atau hanya sekadar pemanis suasana. Apabila permintaan
itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu memperpanjang masa
kunjungannya sesuai batas kewajaran.
Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap
tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu
selama tiga hari tiga malam. Waktu tersebut dikatakan sebagai hak
bertamu. Setelah waktu itu berlalu maka habislah hak untuk bertamu,
kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan pembatasan waktu tiga
hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam menjamu
tamunya.
b. Tata Krama Menerima Tamu
1. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai
agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam
menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga
Rasulullah SAW menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya,
salah satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam
menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:
مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari)
2. Cara Menerima Tamu yang Baik
1) Berpakaian yang sopan
Sebagaimana
orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang sopan
pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian sopan dalam menerima
kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam
menghargai kepada seorang yang berpakaian rapih, bersih dan sopan.
Rasululah SAW bersabda yang artinya: “Makan dan minunmlah kamu,
bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong
dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas
nikmatnya pada hamba-Nya.” (HR Baihaqi)
2) Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan
rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik,
misalnya dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya.
Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau
memandangnya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada
tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3) Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
4) Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban
menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam
menjamu tamunya. Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan
yang pantas, sedangkan bagi yang kurang mampu henaknya menyesuaikan
kesanggupannya. Jika hanya mampu memberikan air putih maka air putih
itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu
tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
5) Lama waktu
Sesuai
dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk
hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya.
Sabda Rasulullah SAW:
اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya: “Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya,.” (HR Muttafaqu Alaihi)
6) Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah
satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan
rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa
lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya
diterima dengan baik.
c. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa izin suaminya
Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri wanita tersebut. Allah berfirman:
Artinya:
”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka)…” (QS An Nisa : 34)
Rasulullah SAW bersabda;
اَلْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَ هِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَاعِيَتِهَا
(رواه احمد و البجارى و مسلم و ابو داود و الترمدى و ابن عمر)
Artinya:
“Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan
ditanya tentang pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban).” (HR
Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Umar)
Oleh sebab
itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang
lagi (jika perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu
lelaki masuk ke dalam rumah padahal dia (wanita tersebut) hanya seorang
diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan timbulnya bahaya bagi
diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan
mungkin sekali akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah
tangganya.
D. Tata Krama Bepergian
1. Sekilas tentang Bepergian
Dalam Islam, bepergian (rihlah) bermakna berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya untuk mencapai tujuan baik materi maupun nonmateri.
Adapun gerakan yang dilakukan selama rihlah dalam menempuh suatu jarak
tertentu disebut safar.
2. Macam-macam Bepergian
a. Bepergian untuk keselamatan
Contoh: hijrah yang dilakukan nabi dan para sahabat saat dakwah Islam pertama di Mekkah.
b. Bepergian untuk tujuan keagamaan
Contoh: bepergian untuk menuntut ilmu, silaturahmi, mencari ibrah
(hikmah atas kebesaran Allah), mengunjungi tempat-tempat mulia, dan
lain-lain
c. Bepergian untuk kemaslahatan duniawi
Contoh: bepergian untuk menengahi sebuah pertikaian, untuk dakwah, untuk bermusyawara hal-hal penting, dan lain-lain
d. Turisme
Contoh: naik gunung, berwisata ke suatu tempat, dan lain-lain
3. Tata Krama Bepergian dalam Islam
a. Tata krama yang bersifat umum
1. Mencari keridhaan Allah swt, yaitu dengan niat yang baik (bukan untuk bermaksiat kepada Allah)
2. Ikhlas
3. Memohon pertolongan kepada Allah swt agar mendapatkan kemudahan dan bersabar jika mengalami hambatan
4. Salat dua rakaat sebelum berangkat
5. Mengambil atau menunjuk satu orang sebagai pembimbing atau kepala rombongan jika diperlukan
6. Berakhlak yang baik, tidak berbuat kerusakan atau maksiat kepada Allah
7. Saling membantu dalam atau antarrombongan
8. Segera kembali apabila urusan sudah selesai
9. Berdoa apabila sudah kembali sebagai tanda syukur
b. Tata krama yang bersifat khusus
1. Persiapan biaya atau bekal sesuai kebutuhan
2. Persiapan pengetahuan, untuk memudahkan kita di tempat-tempat yang asing dan baru demi keselamatan diri
3. Persiapan medis
LATIHAN
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
1. Berikut ini perhiasan yang dilarang , kecuali…
a. Memakai cincin emas bagi laki-laki
b. Bertato dan mengikir gigi
c. Berlebih-lebihan
d. Menyambung rambut
e. Memakai minyak rambut
2.
Allah SWT berfirman: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) masjid”. Hal tersebut dinyatakan dalam surat Al A’raf
ayat …
a. 3
b. 13
c. 23
d. 31
e. 43
3. Menjaga
kebersihan adalah merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah SWT.
Sebagaimana dinyatakan dalam surat At Taubah ayat ….
a. 8
b. 18
c. 48
d. 78
e. 108
4. Fungsi utama pakaian menurut agama Islam adalah …
a. nyaman dipakai
b. hasil budaya
c. penutup aurat
d. penjaga keindahan
e. penjaga kesehatan
5. Perintah menutup aurat diperintahkan Allah dalam surat …
a. An Naba : 31
b. An Nisa : 31
c. An Najm : 5
d. An Nahl : 31
e. An Nur : 31
6.
Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman agar auratnya ditutup
dan tidak sembarangan orang yang boleh melihatnya. Hal tersebut
bertujuan agar …
a. terjaga kehormatan orang tersebut
b. tidak tersentuh oleh orang lain
c. dipandang orang taat beragama
d. tetap bersih
e. tampak lebih rapi
7. Dalam Islam kewajiban menghormati tamunya selama … hari
a. satu
b. dua
c. tiga
d. empat
e. lima
8. Dalam etika bertamu dan bermalam sebaiknya melihat situasi dan kondisi tuan rumahnya, sebab …
a. tuan rumah kurang kuat agamanya
b. tidak punya kamar untuk beristirahat
c. akan berdosa jika dapat memuliakan tamunya
d. setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda
e. rumahnya masih kontrakan
9. Menerima dan menghormati tamu adalah…
a. wajib
b. anjuran
c. haram
d. sunah
e. jaiz
10. Berhias yang berlebih-lebihan dilarang oleh Islam, karena…
a. orangnya miskin
b. hanya sebagai ibu rumah tangga
c. menghambur-hamburkan harta
d. orangnya hitam
e. pendidikannya rendah
11. Diantara tata cara bertamu yang baik adalah…
a. harga baju yang dipakai mahal
b. membawa teman
c. berpakaian rapi dan sopan
d. pakai kendaraan
e. sendirian
12. Dibawah ini cara bertamu yang baik, kecuali….
a. Berpakaian yang rapi dan sopan,
b. Memberi isyarat dan salam ketika datang
c. Jangan mengintip ke dalam rumah
d. Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
e. Memaksa masuk dan katakan bahwa kita benar
13. Berikut ini cara menerima tamu yang baik, kecuali…
a. Berpakaian yang sopan
b. Menerima tamu dengan sikap yang baik
c. Menjamu tamu sesuai kemampuan
d. Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
e. Suruh tamunya pulang setelah kita merasa bosan
14. Apabila ada tamu laki-laki bagi seorang isteri yang suaminya tidak di rumah sebaiknya …
a. Mempersilakan masuk
b. Menunggu sampai suaminya pulang
c. Tidak memberi izin karena suaminya tidak di rumah.
d. Suruh ke rumah tetangga dalam rangka menunggu
e. Suruh ke rumah dan mempersilakan makan
15. Artinya ialah
a. Hai orang-orang yang beriman,
b. Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
c. Sebelum meminta izin dan memberi salam
d. Yang demikian itu lebih baik bagimu,
e. Agar kamu (selalu) ingat
16. “Janganlah kamu memasuki rumah”
a.
b. •
c.
d.
e. •
17. Pakaian yang tidak boleh dipakai oleh laki-laki….
a. Celana panjang
b. Celana pendek sampai bawah lutut
c. Baju kemeja
d. Baju kaos
e. Kain sutra
18. Potongan ayat ini artinya…
a. Hai orang-orang yang beriman,
b. Kamu memasuki rumah
c. Hingga meminta izin
d. Memberi salam kepada ahlinya
e. Yang demikian itu lebih baik bagimu
19. Potongan ayat ini berarti….
a. Hai orang-orang yang beriman,
b. Kamu memasuki rumah
c. Hingga meminta izin
d. Memberi salam kepada ahlinya
e. Yang demikian itu lebih baik bagimu
20. Arti potongan ayat ini ……
a. Hai orang-orang yang beriman,
b. kKmu memasuki rumah
c. Hingga meminta izin
d. Memberi salam kepada ahlinya
e. Yang demikian itu lebih baik bagimu
B. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan sedikitnya tiga fungsi pakaian!
2. Apakah yang dimaksud dengan aurat? Jelaskan!
3. Sebutkan larangan bertamu untuk tiga waktu aurat!
4. Sebutkan sedikitnya tiga cara bertamu yang baik!
5. Mengapa Islam mewajibkan umatnya menghormati tamu!
6. Kenapa seorang lelaki muslim tidak memakai perhiasan emas,perak dan sutra? jelaskanlah pendapatmu!
7. Kenapa seorang isteri dilarang menerima tamu lelaki tanpa seizin suaminya? Jelaskan!
8. Kenapa bertamu dibatasi sampai 3 malam? Jelaskan!
9. Jelaskan tata cara berhias!
••
10. Terjemahkan ayat diatas!